Ritual Andingingi: Permohonan Suku Kajang untuk Keselamatan Pelaut dan Keseimbangan Alam

Ritual Andingingi: Permohonan Suku Kajang untuk Keselamatan Pelaut dan Keseimbangan Alam

Read Time:3 Minute, 50 Second

CELEBES IMAGES, Bulukumba – Ritual Andingingi merupakan tradisi suci masyarakat Kajang yang penuh makna dan nilai spiritual. Upacara ini dijalankan sebagai bentuk doa kepada Tuhan untuk memohon keselamatan dan keberkahan, terutama bagi para pelaut yang akan berlayar di lautan. Selain itu, Andingingi juga diyakini dapat menenangkan alam, mencegah bahaya, serta membawa berkah bagi masyarakat yang hidup di pesisir.

Secara harfiah, Andingingi berarti “penyejuk” dalam bahasa Kajang. Ritual ini ditujukan untuk menenangkan alam dan meredakan amarah angin, laut, serta cuaca, yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat pelaut. Dengan doa-doa yang khusyuk dan iringan musik tradisional, para pemuka adat berupaya menenangkan alam agar badai tidak terjadi dan ombak tetap tenang, sehingga perjalanan di laut dapat berlangsung dengan aman.

Ritual ini biasanya dipimpin oleh tokoh adat atau orang yang dianggap memiliki kekuatan spiritual. Mereka mengawali prosesi dengan membaca mantra-mantra yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, sekaligus memohon izin kepada leluhur serta makhluk gaib yang dipercaya menjaga laut. Musik tradisional seperti gendang dan seruling turut mengiringi doa-doa, menambah keheningan dan kekhidmatan suasana.

Pelaksanaan Andingingi biasanya dilakukan di tepi pantai, tempat di mana perahu-perahu berlabuh sebelum melaut. Masyarakat berkumpul untuk menyaksikan dan berpartisipasi dalam doa bersama, berharap agar alam memberi restu. Selain menjadi momen spiritual, ritual ini juga merupakan bentuk penghargaan terhadap laut sebagai sumber penghidupan.

Andingingi tidak hanya berkaitan dengan pelayaran, tetapi juga mencerminkan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Masyarakat suku Kajang meyakini bahwa manusia harus menjaga keseimbangan dengan alam dan menghormati kekuatan-kekuatan tak terlihat. Tradisi ini telah dilestarikan selama berabad-abad dan menjadi salah satu warisan budaya yang berharga bagi masyarakat pesisir.

Melalui ritual ini, masyarakat Bugis mempraktikkan filosofi hidup yang mengajarkan bahwa mereka adalah bagian dari alam. Kehidupan yang penuh risiko di laut mendorong mereka untuk selalu berserah diri sambil tetap menjaga keseimbangan alam. Andingingi menjadi simbol harapan bahwa setiap perjalanan di laut akan dilindungi dan selamat sampai tujuan.

Meski zaman telah modern, Andingingi tetap dipraktikkan sebagai cara untuk menjaga tradisi dan mempererat hubungan antara manusia dan alam. Ritual ini lebih dari sekadar seremoni adat, melainkan sebuah penghormatan yang mendalam terhadap kekuatan alam yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Kajang.

 

Foto: Indra Abrianto

Teks: Ipong

Warga suku adat Kajang Ammatoa membuat konre-konre atau sesajen dari hasil bumi saat akan melakukan ritual 'Andingingi' di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual 'andingingi' atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.
Labiria atau wakil Ammatoa dan pemangku adat suku Kajang membaca doa saat melakukan ritual 'Andingingi' di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual 'andingingi' atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut
Warga suku adat Kajang Ammatoa membuat konre-konre atau sesajen dari hasil bumi saat akan melakukan ritual 'Andingingi' di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual 'andingingi' atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.
Labiria atau wakil Ammatoa dan pemangku adat suku Kajang menyipratkan air suci menggunakan 40 jenis daun yang diperoleh dari hutan adat ke warga suku Kajang saat akan melakukan ritual 'Andingingi' di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Air sucii dipercaya untuk mengusir hal-hal buruk dari wilayah Suku Kajang.
Warga suku adat Kajang Ammatoa membuat konre-konre atau sesajen dari hasil bumi saat akan melakukan ritual 'Andingingi' di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual 'andingingi' atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.
Warga suku adat Kajang Ammatoa membuat konre-konre atau sesajen dari hasil bumi saat akan melakukan ritual 'Andingingi' di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual 'andingingi' atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.
Potret seorang ibu warga kajang saat ritual 'Andingingi' di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ).
redaksi.celebesimages@gmail.com | + posts