CELEBES IMAGES, Makassar – Sebagai upaya mempercepat penurunan angka stunting di Sulawesi Selatan, BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan menekankan pentingnya penerapan pendekatan Pentahelix. Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel, Shodiqin, SH, MM, menjelaskan bahwa penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di wilayah tersebut membutuhkan kolaborasi lintas sektor yang kuat. Hal ini disampaikan dalam acara Konsolidasi Internal Pelaksanaan Quick Kemenduk Bangga BKKBN di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Senin (30/12/2024).
Dalam sambutannya, Shodiqin menyampaikan bahwa pendekatan Pentahelix, yang melibatkan lima unsur utama—pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, masyarakat, dan media—merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan dalam menurunkan angka stunting di Sulawesi Selatan. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang lebih besar, mempercepat upaya penurunan stunting, dan mengurangi kemiskinan ekstrem di provinsi tersebut.
Menurut Shodiqin, peran setiap sektor sangat penting. Pemerintah memiliki peran dalam penyusunan kebijakan dan alokasi anggaran, sementara sektor swasta dapat mendukung melalui program tanggung jawab sosial dan investasi. Perguruan tinggi memberikan kontribusi melalui riset dan pendidikan, masyarakat melalui partisipasi aktif, dan media berfungsi sebagai alat penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan stunting.
Shodiqin menambahkan bahwa pencapaian target nasional untuk menurunkan prevalensi stunting di Sulawesi Selatan membutuhkan kerjasama yang intensif. Berdasarkan data tahun 2022, prevalensi stunting di Sulsel masih berada di angka 27,2%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. “Tahun 2024 adalah tahun terakhir untuk mencapai target prevalensi stunting 14%. Oleh karena itu, kita harus bekerja bersama-sama untuk memastikan langkah-langkah intervensi memberikan hasil yang nyata,” ungkapnya.
Selain pendekatan Pentahelix, BKKBN juga meluncurkan berbagai program “Quick Win” yang mendukung penurunan stunting. Program-program ini, yang dirancang untuk memberikan dampak langsung, meliputi:
- Taman Asuh Anak (TAMSYA): Layanan daycare dengan dukungan medis untuk mendampingi pengasuhan anak.
- Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING): Masyarakat terlibat sebagai orang tua asuh untuk pencegahan stunting.
- Gerakan Ayah Teladan (GATE): Program yang memperkuat peran ayah dalam pengasuhan anak.
- Super Apps Tentang Keluarga: Aplikasi digital untuk layanan keluarga dan konsultasi terkait kesehatan.
- Program Lansia Berdaya: Pemberdayaan lansia dengan pendekatan berbasis homecare.
Shodiqin menekankan bahwa program-program ini bertujuan untuk mencakup siklus hidup manusia secara menyeluruh, dari masa konsepsi hingga usia lanjut, guna mewujudkan visi pembangunan sumber daya manusia unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam upaya ini, BKKBN juga mengingatkan pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada 2030-2040. “Periode ini adalah kesempatan langka untuk menciptakan generasi produktif yang dapat menjadi motor penggerak kemajuan bangsa. Kita harus memanfaatkan momen ini untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju,” tambah Shodiqin.
Dengan pendekatan Pentahelix dan berbagai program strategis lainnya, BKKBN Sulawesi Selatan optimis dapat mempercepat penurunan angka stunting. Melalui kolaborasi dan langkah-langkah konkret dari semua pihak, provinsi ini diharapkan dapat menciptakan perubahan signifikan menuju masa depan yang lebih baik.